Ta’rifat

Jenis Majaz – Al-Isti’ârah

jenis-jenis majaz

Di antara jenis majâz yang dijelaskan oleh para ulama adalah al-isti’ârah. Kata isti’ârah secara bahasa bermakna thalab asy-syay‘i ‘âriyat[an] (meminta sesuatu dalam bentuk pinjaman). Artinya, isti’ârah secara bahasa maknanya adalah meminjam sesuatu. Kata al-isti’ârah lalu digunakan sebagai istilah untuk menyebut salah satu jenis majaz, yaitu penggunaan suatu lafal dengan makna selain makna aslinya. Majaz isti’ârah ini pada dasarnya disusun dengan meminjam lafal asal untuk digunakan …

Read More »

Jenis Majaz – At-Tasybih

jenis majaz

Al-Majâz adalah penggunaan kata (lafal) pada selain makna yang ditetapkan pertama kalinya. Sebabnya, karena adanya qarinah yang menghalangi penggunaan makna yang telah ditetapkan itu meski tetap ada hubungan antara makna (baru) yang digunakan dan makna (asli) yang telah ditetapkan itu (Syaikh Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah, Taysîr al-Wushûl ilâ al-Ushûl, hlm. 123). Para ulama …

Read More »

Hakikat Syar’iyyah

hakikat syariyyah

Al-Haqîqah asy-Syar’iyyah adalah lafal yang ditetapkan oleh syariah untuk suatu makna. Lafal itu menunjukkan pada makna yang dimaksud secara langsung tanpa perlu adanya qarînah (indikasi). Al-Haqîqah asy-Syar’iyyah itu ada di dalam syariah. Ini merupakan pendapat jumhur ulama ushul dan fuqahâ’. Ada sebagian ulama ushul yang berpendapat bahwa al-haqîqah asy-syar’iyyah itu tidak ada. Sebagian ulama ushul yang lain …

Read More »

Eksistensi Majaz

eksistensi majaz

Jumhur ulama menetapkan bahwa makna lafal baik di dalam bahasa maupun nas memuat dua jenis makna: hakikat dan majaz. Imam as-Sarakhsi (w. 483 H) di dalam Ushûl as-Sarakhsi (I/171) mengatakan, “Masing-masing dari dua jenis ini (hakikat dan majaz) ada di dalam Kalamullah, kalam Nabi saw. dan kalam orang-orang di dalam seruan (percakapan), syair-syair dan lainnya. …

Read More »

Hakikat

hakikat atau al-haqîqah

Al-Haqîqah secara bahasa berasal dari haqqa–yahuqqu–haqq[an] yang bermakna tsabata (nyata, pasti, tetap) atau atsbata (menetapkan atau memastikan) (Kamus al-Munawir pasal haqqa). Imam al-Amidi (w. 631 H) menyatakan, al-haqîqah dalam hal ini menggunakan wazan fa’îl yang bisa bermakna fâ’il atau maf’ûl. Dengan begitu menurut makna fâ’il, al-haqîqah bermakna ats-tsâbitah al-lâzimah (yang tetap dan pasti); lawan dari al-bâthil (yang batil). Menurut makna maf’ul, al-haqîqah bermakna al-mutsbatah (yang dipastikan atau yang ditetapkan (Al-Amidi, Al-Ihkâm fî Ushûl al-Ahkâm, 1/26). Lafal haqqa dengan makna tsabata (telah tetap/pasti). Dinyatakan di …

Read More »

Majaz

memahami arti majaz

Al-Majâz secara bahasa merupakan bentuk mashdar mim dari al-jawâz. Hasan bin Muhammad al-‘Athar (w. 1250 H) di dalam Hasyiyah al-‘Athar ‘alâ Syarh al-Jalâl al-Mahalli ‘alâ Jam’u al-Jawâmi’ menyebutkan, al-majâz merupakan mashdar mîmi. Asalnya mujawwaz dengan makna al-jawâz, dialihkan pada kata al-jâ’izah menggantikan posisi aslinya atau yang dilewatkan (al-mujawwaz). Ini menurut yang masyhur. Imam Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H) di dalam Al-Mahshûl menyatakan, al-majâz merupakan bentuk maf’al dari al-jawâz, yaitu melampaui, dalam ucapan mereka: Jaztu mawdhi’a …

Read More »

Syura

syura atau musyawarah

Di dalam Lisân al-’Arab, karya Ibn al-Manzhur dinyatakan, “Syâwartu-hu fî al-amr (Saya berembug dengan dia dalam satu perkara).” Dikatakan juga, “Syâwara-hu musyâwarat[an] wa syawâran,” artinya isytisyârat[an] (meminta pendapat atau nasihat). Orang Arab mengatakan,“Fulân jâyid al-masyûrah (Fulan itu pendapat/nasihatnya bagus).” Menurut al-Fara’, al-masyûrah berasal dari kata masywarah, diubah menjadi masyûrah untuk meringankan pelafalan. Ar-Razi juga menyatakan, al-masywarah adalah asy-syûrâ, demikian juga al-masyûrah. Kalimat, …

Read More »

Syarat

syarat dalam islam

Syarat (asy-syarthu) secara bahasa merupakan bentuk mashdar dari syaratha–yasyruthu–syarth[an]. Bentuk jamaknya syurûth. Kata tersebut secara bahasa bermakna ilzâm asy-syay’i wa iltizâmahu (mengharuskan sesuatu dan komitmen/terikat dengan sesuatu tersebut). Adapun syarath, bentuk jamaknya asyrâth. Maknanya adalah tanda, sebagaimana dinyatakan di dalam QS Muhammad [47]: 18. Dalam istilah para ulama ushul, Imam …

Read More »

Syarat dalam Akad

hukum syarat dalam akad

Syarat, sebagaimana yang didefinisikan oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, adalah sesuatu yang menjadi sifat penyempurna al-masyrûth (yang dipersyaratkan) dalam apa yang dituntut oleh al-masyrûth itu, atau dalam apa yang dituntut oleh hukum tentang al-masyrûth itu. Apa yang dituntut oleh hukum al-masyrûth kembali pada hukum taklîfi, sedangkan apa yang dituntut oleh al-masyrûth …

Read More »

Simsar

hukum makelar alias simsar

As-Simsâr bentuk jamaknya as-samâsirah. Menurut al-Laits seperti dikutip oleh Ibn Manzhur dalam Lisân al-‘Arab dan menurut al-Khathabi dalam Ma’âlim as-Sunan, kata as-simsâr berasal dari non-Arab, yakni dari Persia, lalu diarabkan. Pada zaman itu, di antara orang yang menyelesaikan penjualan dan pembelian itu, banyak orang ‘ajam (non-Arab). Orang Arab mendapatkan sebutan …

Read More »