Allah SWT berfirman:
وتوبوا إلى الله جميعا أيها المؤمنون لعلكم تفلحون.
Bertobatlah kalian semuanya kepada Allah, wahai orang-orang Mukmin, agar kalian meraih keberuntungan (QS an-Nur [24]: 31).
Berkaitan dengan ayat di atas Imam Ibnu al-Qayyim rahimahulLaah berkata:
خير أيام العبد وأفضلها إطلاقا يوم توبته إلى الله (إبن القيم، زاد المعاد ٥٨٥/٣).
Hari terbaik dan paling utama bagi seorang hamba secara mutlak adalah hari saat ia dalam keadaan bertobat kepada Allah SWT (Ibnu al-Qayyim, Zaad al-Ma’aad, 3/585).
Pesan Moral:
Hari keberuntungan yang sebenarnya (hakiki)–yang dikatakan oleh Ibnu al-Qayyim sebagai hari terbaik dan paling utama–bagi seorang hamba bukanlah hari saat dia mendapatkan cuan dalam bisnisnya; atau saat ia mendapatkan gaji bulanan; atau saat dia mendapatkan proyek besar; atau saat dia mendapatkan order berlimpah; atau saat dia naik pangkat/jabatan; atau saat dia berhasil duduk di tampuk kekuasaan; dll. Sebabnya, semua itu belum tentu menjadikan dirinya makin bersyukur, makin taat dan makin dekat kepada Allah SWT. Boleh jadi semua itu malah membuat dirinya kufur nikmat, makin jauh dari Allah SWT dan makin lupa kepada-Nya. Saat demikian jelas hakikatnya dia mengalami kerugian, bahkan kerugian yang sangat besar.
Berbeda halnya jika seorang hamba setiap harinya selalu dalam keadaan bertobat dan taat kepada Allah SWT. Saat demikian, andaipun ia diwafatkan oleh Allah SWT, ia wafat dalam keadaan husnul khatimah. Itulah hari keberuntungan yang sebenarnya (hakiki) bagi dirinya, meski selama hidupnya, setiap harinya mungkin ia sering diliputi dengan ragam kesulitan duniawi.
Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah, ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.
[KH. Arief B. Iskandar]