Segala puji hanya untuk Allah Swt. semata, yang telah mencukupkan segala kebutuhan hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita yang terpilih dan termulia saw., serta keluarganya dan para sahabatnya, juga kepada mereka yang terus istiqamah mengikuti jejak dan langkahnya hingga hari kiamat tiba. Waba’du.
Allah Swt. telah mengutus Nabi kita Muhammad saw. dengan membawa Islam yang agung, dan meridhainya (Islam) sebagai agama (ideologi) untuk mengatur setiap interaksi kita dengan-Nya, dengan diri kita sendiri, dan dengan sesamanya di antara umat manusia melalui hukum-hukum yang sifatnya global maupun yang terperinci, berdasarkan ayat-ayat yang mulia dan hadis-hadis nabawi yang bertabur petunjuk untuk keselamatan perjalanan manusia menuju ridha-Nya.
Allah Swt. telah menjadikan masalah administrasi dan regulasinya di antara perkara-perkara mubah. Untuk itu, Allah Swt. menyerahkan kepada kita manajemen lembaga-lembaga perdagangan, ilmiyah, pertanian dan industri melalui berbagai regulasi yang sesuai dan memudahkan terlaksananya urusan, serta mengatur interaksi antara atasan dan bawahan, antara pimpinan dan anak buahnya.
Rasulullah Muhammad al-Mustafa Saw. telah bersabda:
« أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ »
“Kalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian.” (HR. Muslim, no. 2363)
َRasulullah Saw., juga bersabda ;
« وَالْمُسْلِمُوْنَ عَلَى شُُرُوْطِهِمْ إِلاَّ شَرْطًا حَرَّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا »
“Kaum muslim wajib berpegang pada syarat-syarat mereka, kecuali syarat yang mengharamkan hal yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi, dalam Sunan-nya, dengan status hadis Hasan Shahih)
Dengan melihat petunjuk Nabi Saw. dan semoga Allah Swt. memberkati serta menolong kami, bahwa kami akan membuat catatan ringkas dan jelas tertang tips dan trik mahal yang akan membantu para pemimpin, direktur dan bos untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan sukses. Ingat, Allah-lah sang Penolong ke jalan kebenaran.
Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalah Shahih-nya ;
« كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Muslim, Kitāb al-Imārah, Bab Keutamaan Pemimpin yang Adil, Sanksi bagi yang Zalim, Dorongan untuk Lemah Lembut pada Rakyat, serta Larangan Menyusahkan Mereka, hlm. 933, hadis no. 1829)
Berdasarkan hal ini, maka kami katakan kepada siapa saja yang diamanahi untuk memimpin banyak orang, mengelola dan menjalankan berbagai usaha, agar usahanya sukses dan produktif, maka harus memperhatikan “Tips dan Trik untuk Kesuksesan dan Keberhasilan Usaha”, berikut ini:
Pertama: Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an al-Karim:
قُلۡ اِنَّ صَلَاتِىۡ وَنُسُكِىۡ وَ مَحۡيَاىَ وَمَمَاتِىۡ لِلّٰهِ رَبِّ الۡعٰلَمِيۡنَۙ لَا شَرِيۡكَ لَهٗۚ وَبِذٰلِكَ اُمِرۡتُ وَاَنَا اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِيۡنَ
“Katakanlah (Muhammad): Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (Muslim).” (QS. al-An‘ām [6] : 162–163)
Hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, direktur atau menajer adalah memperkuat shillah (hubungan) dengan Allah Swt. Sebab Allah Swt adalah pemilik segala yang ada di langit dan di bumi, sehingga semuanya ada dalam gengaman kekuasaan-Nya, di mana semua hati manusia ada dalam kendalinya, termasuk hati mereka yang dipimpin atau bahwahannya, dan Allah Swt. dapat membolak-balik hati siapa saja yang dikehendakinya.
Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah saw. bersabda:
« وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ »
“Jika Anda meminta, maka mintalah kepada Allah! Dan jika Anda memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah!” (HR. Tirmidzi, no. 2516)
Untuk itu, Anda harus terus memperkuat shillah (hubungan) dengan Allah Swt. baik dalam keheningan maupun keramaian, siang maupum malam, sehingga terbentuk energi yang besar dan dorongan yang kuat untuk berkerja secara maksimal dan sempurna seperti yang diinginkan, apapun jenis pekerjaan dan keahlian yang dikuasainya, juga Allah Swt. akan membuka untuk Anda hati semua yang tergabung dalam tim Anda, serta membuka akal mereka, sehingga mereka menerima untuk bekerja dengan antusias dan penuh semangat yang mereka dapatkan dari Anda. Dengan demikian, in sya Allah, mereka akan menjadi mitra Anda dalam mencapai kesuksesan dan keberhasilan atas usaha yang tengah dikerjakan.
Kedua: Seorang pemimpin, direktur atau manajer harus mencintai profesi dan pekerjaannya, serta merasa memilikinya. Dengan demikian, rasa cinta dan memilikinya itu akan mendoronganya untuk profesional, kreatif dan berdedikasi dalam bekerja. Rasulullah saw. bersabda:
« إن اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ »
“Allah ʽazza wa jalla menyukai jika salah seorang di antara kalian melakukan suatu amal secara itqān (profesional).” (HR. Al Suyuthi, Al-Jāmi’ Al-Shaghīr, no. 1855, hadits Hasan)
Dikatakan bahwa ath-thab’u yasriqu (watak atau tabiat itu meniru dan meneladani), bahkan memberi teladan dengan perbuatan jauh lebih efektif daripada menasihati dan menyuruh tanpa tindakan dan keteladanan, yakni bukan sekedar NATO (No Action Talk Only). Sehingga, pada saat tim Anda melihat bahwa Anda bekerja, padahal Anda adalah pemimpin mereka, tetapi Anda begitu berdedikasi dan profesional dengan pekerjaannya, maka mereka akan bekerja seperti Anda, dan akan berkreasi untuk mencapai hasil kerja yang maksimal.
Ketiga: Rasulullah saw. bersabda:
« وَلاَ يَقُلْ أَحَدُكُمْ: عَبْدِي وَأَمَتِي، وَلْيَقُلْ: فَتَايَ وَفَتَاتِي وَغُلاَمِي »
“Dan janganlah seorang dari kalian mengatakan: budak laki-lakiku, atau budak perempuanku. Namun katakanlah: pemudaku, pemudiku, dan anakku.” (HR. Bukhari, no. 2552)
Ini terkait milk al-yamin (budak yang dalam kekuasaannya) harus diperlakukan demikian, lalu bagaimana jika itu terkait para pegawai, rekan dan mitra kerja, maka seorang pemimpin, manajer atau direktur harus memandangnya bahwa mereka adalah orang-orang yang tengah bekerja sama, baik mereka yang berkedudukan lebih tinggi dalam jabatan atau struktur administrasi, maupun mereka yang berkedudukan di bawahnya, mereka tidak lain adalah manusia juga. Artinya bahwa ia sebagai seorang pemimpin, manajer atau direktur yang tengah bekerja sama dengan manusia yang memiliki eksistensi, kepribadian, mentalitas dengan gagasannya sendiri, juga kejiwaan dengan perasaan dan kecenderungannya sendiri, keadaannya sendiri, dan linkungannya sendiri, sehingga semua itu harus disadari bahwa ia sebagai pemimpin, manajer atau direktur tidak sedang mengendalikan robot yang cukup dengan diremote. Sehingga dengan mempertimbangkan hal itu, seorang pemimpin harus mampu menyatukan timnya, lalu bergerak maju bersamanya untuk bekerja dan menyelesaikan semua tugas dan pekerjaannya, tidak peduli seberapapun besarnya kesulitan dan pengorbanan.
Juga, sebagai seorang pemimpin, manajer atau direktur harus mampu menjaga perkataan dan ucapan yang ditujukan pada timnya, hal ini dilakukan demi menjaga kehormatan dan kekompakan agar dapat mencapai keberhasilan bersama.
Allah Swt. berfirman:
وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا
“Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isrā’ [17] : 53)
Nabi saw. benar-benar memuji mereka yang mampu memilih perkataan dan ucapan dalam memperlakukan saudara-saudaranya, sehingga Nabi saw. menyebutkan bahwa mereka berhak untuk mendapatkan kedudukan mulia dan terhormat di sebelah kanan ar-Rahman ‘azza wa jalla pada hari Kiamat, sebagaimana sabdanya:
« هُمْ جَمَاعٌ مِنْ نَوَازِعِ الْقَبَائِلِ، يَجْتَمِعُونَ عَلَى ذِكْرِ اللهِ، فَيَنْتَقُوْنَ أَطَايِبَ الْكَلَامِ كَمَا يَنْتَقِي آكِلُ التَّمْرِ أَطَايِبَهُ »
“Mereka adalah kumpulan manusia yang terdiri dari orang-orang yang terasing dari kabilah-kabilah, mereka berkumpul atas dasar dzikir kepada Allah, kemudian mereka memilih perkataan yang baik-baik sebagaimana orang yang memakan buah-buahan memilih yang baik-baik.” (Majma’ al-Zawāij, Imam al-Haitsami, 10/70, semua rawinya orang-orang terpercaya).
Misalnya, perkataan “Bisakah Anda mengirim laporan kepada saya”, maka itu lebih baik daripada perkataan, “Kirimkan laporan kepada saya”, atau perkataan “Saya pikir Anda mungkin salah”, maka itu lebih baik daripada perkataan, “Anda salah!”, dan yang semisalnya. Artinya serulah mereka dengan ungkapan atau perkataan yang pas dan pantas untuk mereka, seperti perkataan: saudaraku, anakku, sayangku, kekasihku, temanku, bestie-ku, atau apapun yang sesuai dengan posisi dan statusnya, yakni ungkapan atau perkataan yang dapat menjaga kewibawaan dan kehormatannya, bukan ungkapan atau perkataan yang menyinggung perasaannya, atau yang membuatnya merasa direndahkan.
Keempat: Al-Mushthafa Muhammad saw. bersabda:
« إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا »
“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku menjadi orang yang mempersulit (masalah) dan orang yang mencari-cari kesulitan, tetapi Allah mengutusku sebagai pendidik yang memudahkan.” (HR. Muslim, dalam Shahih-nya, hadits no. 29).
Bagi seorang pemimpin, direktur atau manajer harus menyadari bahwa keberhasilan atau kesuksesan dalam menjalankan setiap aktivitas, tugas atau pekerjaan memerlukan kejelasan dalam instruksi dan sistem administrasi. Untuk itu, instruksi dan arahan harus diberikan dan disampaikan kepada mereka yang Anda pimpin untuk bekerja dengan cara yang jelas dan tidak ambigu. Bahkan jika perlu, berikan apa yang disebut “Standar Operasional Prosedur (SOP)”, yang membuat tugas dan langkah-langkah untuk melakukan dan menyelesaikannya dijelaskan secara jelas, tepat dan akurat, sehingga seseorang tidak memerlukan arahan dari siapa pun jika dia mengikuti instruksi dan arahannya. Dengan kata lain, jangan biarkan begitu saja orang yang telah menerima petunjuk bahwa ia mengerti dan memahami apa yang diterimanya dan tidak membutuhkan lagi bimbingan, namun pahamkan, arahkan, dan tunjukkan sehingga ketika ia mengerjakan pekerjaannya seolah-olah ia membawa peta dan kompas yang menuntunnya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Artinya jangan sampai ada sedikitpun kesalahpahaman, sebab hal itu berakibat pada kekeliruan dalam pelaksanaan, sehingga pekerjaan tidak selesai, akhirnya masalah muncul, kemudian terjadi perselisihan dan pertengkaran hingga pemberian sanksi, dan sebagainya.
Kelima: Al-Mushthafa Muhammad saw. bersabda:
« اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ، وَذُكِرَ مِنْهَا : فَرَاغَكَ قَبْلَ شُغُلِكَ »
“Jagalah lima hal sebelum lima hal, dan disebutkan di antaranya: Waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu.” (HR. Al-Suyuthi, dalam Al-Jāmi’ Al-Shaghīr, hadits shahih).
Faktor waktu dalam pekerjaan administrasi sangat penting, di mana kecepatan dalam pelaksanaan itu diperlukan. Bahkan sering kita dengan ungkapan:
)) الْوَقْتُ كَالسَيْفِ إِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ ((
“Waktu itu seperti pedang, jika Anda tidak menebaskannya, maka ia yang akan menebasmu.”
Untuk itu, perlu cepat dan bersegera dalam melaksanakan berbagai tugas yang dibebankannya, sebab waktu berjalan dengan begitu cepatnya, sementara pekerjaan banyak dan bahkan hingga menumpuk. Anda mungkin akan ketinggalan dalam menyelesaikan pekerjaan akibat penundaan, penangguhan atau pengunduran. Sehingga di sini, saya tekankan satu hal, bahwa kecepatan dalam pelaksanaan akan membawa pada keberhasilan suatu pekerjaan. Saya tidak mengatakan kecepatan dalam penyelesaian, sebab harus bagi siapa saja yang tengah menerima instruksi untuk bersegera melaksanakannya dengan sekuat dan sesegera mungkin, yakni seoptimal dan semaksimal mungkin, sedangkan hasilnya kembalikan kepada Allah Swt.
Seorang pemimpin, direktur atau manajer jangan lupa bahwa ada beberapa tugas atau pekerjaan yang dalam penyelesaiannya membutuhkan banyak waktu, sehingga sebagai seorang pemimpin, direktur atau manajer harus ketika memberikan instruksi atau arahan agar memperhatikan waktu yang cukup dan tepat untuk melaksanakan pekerjakan dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan itu. Untuk itu, perlu bagi seorang pemimpin, direktur atau manajer menetapkan batas waktu yang tepat guna penyelesaian tugas atau pekerjaan yang dibebankannya. Sebab hal itu akan akan menjamin bahwa pekerjaan dilakukan dan diselesaikan tanpa penundaan dan keterlambatan. (Bersambung)
Ditulis Oleh : Ismat Awni al-Hammouri
Sumber : MU