muslim reformis

Menjadi Reformis

Manusia adalah makhluk yang paling dimuliakan, bahkan dibandingkan dengan malaikat. Manusia diberi kelebihan berupa akal yang membuatnya lebih unggul dibandingkan semua makhluk lainnya. Jika kita sebagai umat menggunakan akal ini untuk memperbaiki diri, apakah ini akan menghasilkan perubahan nyata di masyarakat?

Masyarakat terdiri dari individu-individu, pemikiran, emosi, dan sistem yang diterapkan kepada mereka. Ketika seseorang mulai memperbaiki diri sendiri, lalu berlanjut kepada keluarga, teman, rekan, tetangga, dan seterusnya, ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang positif secara umum. Tindakan individual seperti melaksanakan shalat, berpuasa, membaca Al-Qur’an, bersedekah, menyeru kebaikan, dan mencegah kemungkaran adalah cara memperbaiki diri dari dalam. Jika kita menengok kembali ke Sejarah (Sirah), kita akan melihat bahwa Islam menuntut komitmen terhadap perintah-perintahnya berdasarkan penerimaan iman secara menyeluruh. Contohnya adalah larangan menyembah selain Allah (swt), mencuri, berzina, dan membunuh bayi perempuan yang dahulu dilakukan di masa jahiliyah.

Salah satu contoh terbesar seorang reformis yang turut memperbaiki masyarakat adalah Sahabat Umar bin Khattab (ra). Awalnya, ia adalah penentang keras Islam hingga ingin membunuh Nabi Muhammad (saw) dan dikenal karena kekejamannya terhadap kaum Muslimin. Subhanallah, semuanya berubah ketika ia mendengar ayat-ayat dari Surah Taha dibacakan, yang membuatnya memeluk Islam. Setelah itu, ia menjadi individu yang memperbaiki diri sendiri dan masyarakat. Ia mendapatkan gelar “Al-Faruq” karena keadilannya dan menjadi khalifah kedua. Umar (ra) memperkenalkan sistem administrasi publik, mencatat data pejabat dan tentara, serta menjadi orang pertama yang membentuk kepolisian untuk menjaga ketertiban. Selain itu, ia melarang gubernur dan pejabatnya untuk terlibat dalam perdagangan selama menjabat.

Umar bin Khattab (ra) hanyalah salah satu contoh kecil dari seorang reformis. Saat ini, masyarakat telah berubah menjadi masyarakat sekuler yang mendorong manusia untuk mengejar keinginan dan hidup sesuai dengan norma yang ditetapkan masyarakat, bahkan menerima ide-ide sekuler demi diterima. Akibatnya, manusia tenggelam dalam kemerosotan moral dan kehilangan tanggung jawab. Sebagai pemimpin, manusia gagal memanfaatkan akalnya untuk mencari jalan yang benar menuju Tuhannya.

Langkah pertama untuk memperbaiki diri adalah dengan mencari ilmu syar’i yang wajib. Kita harus berusaha mendapatkan ridha Allah (swt). Allah (swt) berfirman:

(إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰٓؤُاْۗ)
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” [Fatir: 35:28]

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersabda:

«مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ»
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah mendapatkan kebaikan, maka Dia akan memahamkannya dalam urusan agama.” [Sunan Ibnu Majah]

Setelah mempelajari sistem Islam, kita akan menyadari betapa rusaknya masyarakat saat ini dan bagaimana identitas generasi mendatang terancam hilang. Kesadaran ini mendorong kita untuk memperbaiki masyarakat, yang memerlukan bergabung dengan kelompok yang fokus pada revolusi nyata dan radikal. Bersama kelompok tersebut, kita dapat bekerja dengan giat untuk meningkatkan taraf hidup manusia di seluruh dunia. Perbaikan taraf hidup manusia hanya akan terjadi jika kelompok tersebut berusaha menghidupkan kembali cara hidup Islam berdasarkan syariat Islam. Oleh karena itu, tujuan utama kelompok tersebut adalah menegakkan kembali Sistem Pemerintahan Islam, yaitu Khilafah, sesuai metode kenabian.

Kelompok ini tidak lain adalah Hizbut Tahrir, yang bekerja siang dan malam untuk membebaskan manusia dari perbudakan hawa nafsu dan mengembalikan mereka kepada penghambaan kepada Pencipta mereka, Allah (swt). Hizbut Tahrir mendambakan pria dan wanita yang intelektual, berkarakter luhur, dan berprestasi tinggi untuk merespons seruannya dalam menegakkan kembali Khilafah.

Ini akan memberikan kita tujuan hidup dan memotivasi kita untuk terus berusaha menjadi Sahabat atau Sahabiyah masa depan. Tentu saja, bekerja untuk perbaikan seperti ini bukanlah hal yang mudah, tetapi kita tidak tahu kedudukan yang akan diberikan Allah di akhirat kelak. Perbaikan individu di kalangan umat Islam memberikan dampak positif pada kebangkitan umat secara keseluruhan.

(وَأَعِدُّوا۟ لَهُم مَّا ٱسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍۢ وَمِن رِّبَاطِ ٱلْخَيْلِ…)
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi… [Al-Anfal: 8:60]

Perbaikan individu harus disertai keyakinan yang benar terhadap status quo yang bertentangan dengan Islam. Ini adalah langkah penting menuju kebangkitan umat dan tegaknya kembali syariat Allah. []

Sumber : HT Info

Check Also

cinta dunia

Cinta Dunia Merusak Agama

Abu Nu’aim al-Asbahani dalam kitabnya Hilyah al-Awliyaa’ menuliskan, قال يحيى بن معاذ رحمه الله تعالى: …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.