Soal:
Assalâmu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu.
Tahiyyah thayyibah wa ba’du. Pertanyaan dan saya mengharapkan jawaban yang tegas untuknya.
Apakah ucapan “ash-shalâtu khayru min an-nawm” di dalam adzan Fajr itu bid’ah?
Jawab:
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuhu
Pertanyaan Anda adalah tentang seruan untuk shalat yaitu : “apakah muadzin menambahkan ucapan “ash-shalâtu khayrun min an-nawm –shalat itu lebih baik daripada tidur-” setelah dua hayya ‘alâ (hayya ‘alâ ash-shalâta dan hayya ‘alâ al-falâh) di dalam adzan Fajr”, dan itu bukan bid’ah melainkan itu adalah sunnah dinyatakan oleh hadits-hadits Rasul saw:
1- Abu Dawud telah mengeluarkan di dalam Sunan-nya dari Muhamad bin Abdul Malik bin Abiy Mahdzurah dari bapaknya dari kakeknya yang berkata: “ya Rasulullah saw ajarkan kepadaku sunnah adzan!” Maka beliau mengusap dahiku, dan beliau bersabda:
«تَقُولُ: اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، تَرْفَعُ بِهَا صَوْتَكَ، ثُمَّ تَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللَّهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللَّهِ، تَخْفِضُ بِهَا صَوْتَكَ، ثُمَّ تَرْفَعُ صَوْتَكَ بِالشَّهَادَةِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللَّهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُولُ اللَّهِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، فَإِنْ كَانَ صَلَاةُ الصُّبْحِ قُلْتَ: الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ، الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ»
“Engkau katakan: Allâhu akbar Allâhu akbar, Allâhu akbar Allâhu akbar, engkau keraskan suaramu. Kemudian engkau katakan: “asyhadu an lâ ilaha illâ Allâh asyhadu an lâ ilaha illâ Allâh, asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh. Engkau pelankan suaramu. Kemudian keraskan suaramu dengan membaca syahadat, asyhadu an lâ ilaha illâ Allâh asyhadu an lâ ilaha illâ Allâh, asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh, hayya ‘alâ ash-shalâti hayya ‘alâ ash-shalâti, hayya ‘alâ al-falâhi hayya ‘alâ al-falâhi. Jika shalat Shubh engkau katakan: “ash-shalâtu khayrun min an-nawm ash-shalâtu khayrun min an-nawm, Allâhu akbar Allâhu akbar, lâ ilaha illâ Allâhu”.
Al-Albani mengatakan, hadits ini shahih. Ibnu Khuzaimah mengeluarkan yang semisalnya di Shahîh-nya, tetapi dari jalur Ibnu Juraij, ia berkata: “Utsman bin as-Saib telah memberitahuku dari Ummi Abdul Malik bin Abi Mahdzurah dari Abu Mahdzurah. Demikian juga ad-Daraquthni juga telah mengeluarkan semacam itu.
2- Di dalam riwayat yang lain oleh Abu Dawud dari jalur Ibnu Juraij, dan ini teksnya:
Telah menceritakan kepada kami al-Hasan bin Ali, telah menceritakan kepada kami ‘Ashim dan Abdurrazzaq dari Ibnu Juraij, ia berkata: telah memberitahu kami Utsman bin as-Saib telah memberitahu kami Abi dan Ummi Abdul Malik bin Mahdzurah dari Abu Mahdzurah dari Nabi saw semacam hadits ini dan di dalamnya disebutkan:
«الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ فِي الْأُولَى مِنْ الصُّبْحِ…»
“ash-shalâtu khayrun min an-nawm, ash-shalâtu khayrun min an-nawm, pada adzan pertama dari adzan Shubh”.
Yakni bukan pada iqamah, dan iqamah itu yang disebut adzan kedua. Sebagaimana yang ada di dalam hadits shahih yang telah dikeluarkan oleh imam al-Bukhari, beliau berkata: “telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Kahmas bin al-Hasan dari Abdullah bin Buraidah dari Abdullah bin Mughaffal, ia berkata: “Nabi saw bersabda:
«بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ ثُمَّ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ»
“Di antara setiap dua adzan ada shalat, di antara tiap dua adzan shalat, kemudian beliau bersabda pada yang ketiga, bagi siapa yang mau”.
3- Imam an-Nasai telah mengeluarkan di Sunan-nya: telah memberitahu kami Ibrahim bin al-Hasan, ia berkata: Hajaj telah menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij dari Utsman bin as-Saib, ia berkata: “telah memberitahuku Abu atau Ummi Abdul Malik bin Abiy Mahdzurah dari Abu Mahdzurah, ia berkata: “Ketika Rasulullah saw keluar dari Hunain … lalu Rasulullah saw mendudukkan aku di depan beliau dan beliau mengucap dahiku dan mendoakan berkah atasku sebanyak tiga kali kemudian beliau bersabda: “Pergilah kumandangkan adzan di Baitul Haram”. Aku katakan, “bagaimana ya Rasulullah?” Lalu beliau mengajarkan kepadaku sebagaimana kalian adzan sekarang:
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلِى الْفِلاَحِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ فِيْ اْلأُوْلَى مِنَ الصُّبْحِ…
“Allâhu akbar Allâhu akbar, Allâhu akbar Allâhu akbar, asyhadu an lâ ilaha illâ Allâh asyhadu an lâ ilaha illâ Allâh, asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh, asyhadu an lâ ilaha illâ Allâh asyhadu an lâ ilaha illâ Allâh, asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh, hayya ‘alâ ash-shalâti hayya ‘alâ ash-shalâti, hayya ‘alâ al-falâhi hayya ‘alâ al-falâhi, ash-shalâtu khayrun min an-nawm ash-shalâtu khayrun min an-nawm, dalam adzan pertama dalam Shubh…”
Al-Albani mengatakan: shahih. Sebagaimana yang kami sebutkan di atas, yakni bukan pada iqamah, dan iqamah itulah yang disebut adzan yang kedua.
4- Al-Baihaqi telah mengeluarkan di dalam Sunan al-Kubrâ dari hadits Ibnu ‘Ajlan dari Nafi’ dari Ibnu Umar ra, ia berkata:
«كَانَ اْلأَذَانُ اْلأَوَّلِ بَعْدَ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ (اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ) مَرَّتَيْنِ»
“Adzan yang pertama setelah hayya ‘alâ ash-shalâti hayya ‘alâ al-falâhi adalah ash-shalâtu khayrun min an-nawm, sebanyak dua kali”.
Ibnu Hajar berkata: sanadnya hasan. Al-Ya’muri berkata: ini adalah isnad shahih.
Sebagaimana yang kami katakan di atas, makna adzan yang pertama yakni adzan shubh, dan bukannya adzan yang kedua yakni al-iqamah. Jadi tidak dikatakan di dalam al-iqamah “ash-shalâtu khayrun min an-nawm”.
5- Ibnu Khuzaimah dan ad-Daraquthni telah meriwayatkan dari Anas bahwa ia berkata:
مِنْ السُّنَّةِ إذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ فِي الْفَجْرِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَالَ الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ
“Termasuk as-sunnah, muadzin berkata di dalam Fajr, hayy’alâ al-falâhi, dia berkata “ash-shalâtu khayrun min an-nawm”.
Sayidinnas al-Ya’muri berkata: dan ini isnad yang shahih.
6- Ibnu Hibban telah mengeluarkan di dalam Shahîh-nya: telah memberitahu kami al-Fadhl bin al-Hubab al-Jumahi, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Musadad bin Masrahad, ia berkata: telah menceritakan kepada kami al-Harits bin Ubaid dari Muhammad bin Abdul Malik bin Abu Mahdzurah dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata: “ya Rasulullah ajarkan kepadaku sunnah adzan. Ia berkata: lalu beliau mengucap dahiku dan bersabda:
«تَقُوْلُ: اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ»، وَرَفَعَ بِهَا صَوْتَهُ، ثُمَّ تَقُوْلُ: «أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَاخْفِضْ بِهَا صَوْتَكَ، ثُمَّ تَرْفَعُ صَوْتَكَ بِالشَّهَادَةِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، مَرَّتَيْنِ، وَحَيَّ عَلَى الصَلاَةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ، حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ، فَإِنْ كَانَتْ صَلاَةَ الصُّبْحِ قُلْتَ: اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ، اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ»
“Engkau katakan: Allâhu akbar Allâhu akbar” dan beliau mengeraskan suara beliau kemudian bersabda: “asyhadu an lâ ilaha illâ Allâh asyhadu an lâ ilaha illâ Allâh, asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh asyhadu anna Muhammadan rasûlullâh” dan engkau pelankan suaramu, kemudian keraskan suaramu dengan syahadat “asyhadu an lâ ilaha illâ Allâhu asyhadu an lâ ilaha illâ Allâhu, asyhadu anna Muhammadan rasûlullah asyhadu anna Muhammadan rasûlullah” dua kali dan “hayya ‘alâ ash-shalâti hayya ‘alâ ash-shalâti, hayya ‘alâ al-falâhi hayya ‘alâ al-falâhi” dan jika itu adzan shalat Shubh engkau katakan, “ash-shalâtu khayrun min an-nawm ash-shalâtu khayrun min an-nawm, Allâhu akbar Allâhu akbar, lâ ilaha illâ Allâhu”.
Begitulah, tampak bahwa seruan shalat dalam shalat Fajr merupakan sunnah yang tsâbitah. Dan jika ada pendapat-pendapat dalam sebagian riwayat, maka di situ ada riwayat-riwayat yang dishahihkan oleh sebagian ulama yang masyhur dan diambil oleh banyak fukaha. Artinya, bahwa panggilan kepada shalat itu ada pada masa Rasulullah saw dan khulafaur rasyidin dan sampai hari kita sekarang ini, yakni itu bukan bid’ah, tetapi merupakan sunnah yang sudah terbukti, dan tentangnya telah dinyatakan dalil-dalil shahih… seperti yang kami jelaskan di atas.
Saya berharap jawaban ini mencukupi dan memadai.
Saudaramu Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah
23 Jumadul Akhirah 1440 H
28 Februari 2019 M
Sumber : http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer-hizb/ameer-cmo-site/58320.html
Diposting ulang oleh Visi Muslim Media