Keenam: Seorang pemimpin, manajer atau direktur setelah mengeluarkan instruksi untuk suatu pekerjaan harus ditindaklanjuti dengan pengawasan atas penerapannya menyusul dikeluarkannya instruksi itu. Pengawasan tidak boleh dari jauh—dengan pengendali jarak jauh (remote control), dan tidak pula dengan mengeluarkan instruksi, arahan atau peringatan tambahan, namun semua itu harus dilakukan di mana pemimpin, direktur atau manajer berada dekat tim kerjanya, tempat kerjanya, atau tempat produksinya, sehingga mereka merasakan aliran panasnya pekerjaan dari manajernya atau pemimpinnya. Hal ini, di satu sisi akan menjadikan dorongan tertentu bagi mereka dari keteladanan pemimpin atau manajernya, yang seakan berkata kepada mereka: Sungguh kita adalah tim yang tengah bekerja dengan kompak dan bersama-sama, bukan sendiri-sendiri, sebab kami adalah satu tim, bahkan mereka yang duduk di bangku cadangan pun adalah bagian dari tim. Di sisi lain, manajer atau pemimpin akan merasa bahwa pekerjaan dilakukan sendiri, dan memastikan bahwa instruksi dilakukan dengan benar.
Pengawasan mungkin akan berhasil dengan memastikan sistem administrasi atau instruksi yang dikirim ke karyawan atau tim kerja—begitu saya suka menyebutnya—untuk memastikan terlaksananya prosedur umpan balik dan laporan pencapaian. Sehingga dengan mengaktifkan prosedur ini setelah setiap permintaan untuk menyelesaikan pekerjaan, maka menjadi otomatis bagi tim kerja memberikan umpan balik dan laporan penyelesaian kepada pemimpin, manajer atau direktur, yang semuanya akan berlangsung secara alami. Sungguh, dengan pengawasan alami yang terus dilakukan, maka pekerjaan akan diselesaikan dengan efisiensi tinggi.
Sebuah potret kedekatan Nabi saw. dengan kaum Muslim dan masyarakat di sekitarnya, sehingga ada orang Arab Badui ketika dia mencari Nabi saw. berkata: “Ayyukum Muhammad (di antara Anda, yang mana Muhammad?)” (HR. Bukhari). Bahkan Nabi saw. berada satu tim dengan para sahabat, “Ketika menggali parit, di mana Nabi saw. mengangkut tanah sendiri bersama kaum Muslim” (HR. Ahmad, dalam Musnad-nya, hadits no. 18486). Sehingga hal itu mendorong dan memotivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan, dan juga dirinya akan merasakan kepuasan karena terlibat sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Ketujuh: Al-Mushthafa Muhammad saw. bersabda:
خَيْرٌ وَأَحَبُّ إلى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وفي كُلٍّ خَيْرٌ»
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Swt. daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan.” (HR. Muslim, dalam Shahih-nya, hadits no. 2664).
Seorang pemimpin, manajer atau direktur harus meningkatkan kualitas karyawannya, asistennya, dan orang-orang yang dipimpinnya dengan pendidikan, pelatihan, penugasan, dan stimulasi moral, bahkan jika mungkin secara finansial, dengan berbagai misi dan penghargaan. Semua itu untuk meningkatkan keilmuan, pengetahuan, dan kemampuan kerja timnya. Hal ini—jika dilakukan—akan menyebabkan peningkatan tingkat kemahiran, kreativitas, prestasi dan rasa memiliki, sehingga semangat satu tim kerja akan mewarnai diri mereka untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sukses, sempurna dan istimewa.
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dirinya itu dikelilingi oleh para pembantu yang juga sukses, superior, dan kuat, di mana mereka senantiasa membantu dan mendukungnya, serta siap menjadi pengganti untuk memimpin pekerjaan setiap saat. Jadi, mereka itu tidak hanya mampu menjalankan instruksi saja, seperti halnya robot.
Kedelapan: Seorang pemimpin harus banyak meminta masukan (saran) dari tim kerjanya, serta menguasai seni mendengarkan usulan mereka, karena sering kali kunci untuk memecahkan masalah atau mencegahnya jatuh ke dalam masalah, justru itu ada pada para asisten atau karyawan Anda, sehingga Anda mendapat manfaat dari mereka, sebaliknya mereka merasa dihargai dengan dilibatkannya dalam membuat keputusan. Sehingga pada akhirnya hal itu akan berkontribusi pada keberhasilan dan penyelesaian pekerjaannya.
Dalil atas hal tersebut adalah perbuatan Nabi saw. bahwa beliau banyak meminta masukan (saran) dari para sahabat ra. di mana Allah Swt. menyeru Nabi saw. terkait dengan mereka, dengan firman-Nya:
]فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ[
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran [3] : 159).
Nabi saw. memperhatikan dan menghargai masukan (saran) dari Ummul Mukminīn, Ummu Salamah ra. tentang bagaimana cara Nabi saw. menyelamatkan kaum Muslim di Hudaybiyah ketika kaum Muslim menunda menjalankan perintah Nabi saw. yaitu perintah ber-tahallul dengan mencukur rambut kepala dan menyembelih binatang korban mereka, di mana Ummul Mukminīn, Ummu Salamah ra. berkata kepada Nabi saw.:
«اُخْرُجْ وَلاَ تُكَلِّمَنَّ أَحَدًا مِنْهُمْ كَلِمَةً حَتَّى تَنْحَرَ بُدْنَكَ وَتَدْعُوْ حَالِقِكَ»
“Keluarlah (dari kemah), dan jangan berbicara sepatah kata pun kepada seseorang di antara mereka, kamu mulai saja menyembelih kurbanmu dan undang tukar cukur (untuk memangkas rambutmu).” (HR. Ibnu Hibban, hadits shahih no. 4872).
Nabi saw. melaksanakan masukan (saran) dari Ummul Mukminīn, Ummu Salamah ra. Sehingga ketika para sahabat melihat sendiri Nabi saw. melakukan semua hal itu, maka merekapun berdiri, menyembelih kurban dan mencukur rambut mereka. Jadi, berkat saran Ummul Mukminīn itu, maka pekerjaan terselesaikan dengan sempurna.
Begitu juga bagi seorang pemimpin, manajer atau direktur hendaknya melibatkan anggota tim dalam menyusun rencana untuk mencapai target dan tujuan. Dengan demikian, mereka merasa dihargai dan menjadikan mereka sebagai bagian dari penyusun rencana, sehingga membuat mereka semakin merasa turut memilikinya, yang pada akhirnya membuat mereka berdedikasi untuk menyelesaikan dan menyempurnakan pekerjaan. Sebab semua itu adalah rencana, keputusan dan janji mereka, bukan perintah atau intruksi yang dipaksakan kepadanya, yang membuat mereka berusaha untuk menghindarinya, dan mencari alasan untuk tidak melakukannya, atau untuk tidak melakukannya dengan baik.
Nabi saw. sangat memperhatikan saran kaum Muslim pada perang Badar: Dari Anas bin Malik ra. ketika sampai kepada Rasulullah saw. berita tentang kedatangan Abu Sufyan, (beliau meminta pendapat dari para sahabat). Nabi saw. meminta pendapat Abu Bakar, Umar dan sahabat lainnya. Wakil dari kaum Anshar, Sa’ad bin Mu’adz ra. mengatakan dengan lantangnya: “Ya Rasulullah, Anda ingin kami (berbicara). Demi Tuhan yang mengendalikan hidupku, jika Engkau memerintahkan kami untuk menceburkan kuda kami ke laut, kami akan melakukannya. Jika Anda memerintahkan kami untuk menggiring kuda kami ke tempat yang paling jauh seperti Bark al-Ghimad, kami akan melakukannya.” (HR. Muslim, hadits no. 1779).
Sungguh hal ini menjadi motivasi bagi mereka, penguat tekad dan semangatnya, serta keterlibatan mereka dalam membuat keputusan.
Kesembilan: Seorang pemimpin, manajer atau direktur harus senantiasa meng-upgrading (meningkatkan kemampuan diri) terkait pengetahuan dan pengalaman dengan belajar dan mengikuti secara terus-menerus segala sesuatu yang baru di bidang kompetensinya, sehingga memperoleh manfaat dari cara-cara modern dan metode-metode canggih yang berkontribusi pada penyelesaian dan penyempurnaan pekerjaan, meskipun manfaatnya itu dari dekat atau jauh, kecil atau besar, selama itu dapat meningkatkan pengalaman pemimpin, manajer atau direktur, dan meningkatkan tingkat kesiapannya untuk menyempurnakan penyelesaian pekerjaan, maka ia lebih berhak untuk itu. Allah Swt. berfirman menyeru Nabi-Nya saw. dan kemudian menjadi seruan untuk kita semua, sesudahnya:
] وَقُلْ رَّبِّ زِدۡنِىۡ عِلۡمًا[
“Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaha [20] : 114).
Ibnu Mubarak rahimahullah berkata:
«لَا يَزَالُ الْمَرْءُ عَالِمًا مَا طَلَبَ الْعِلْمَ فَإِذَا ظَنَّ أَنَّــهُ قَدْ عَلــِمَ فَقَدْ جَهِـــلَ»
“Seseorang disebut pintar selama ia terus belajar. Begitu ia merasa pintar, saat itu ia bodoh.” (Mujālasah wa Jawāhir Al-‘Ilm, 2/186).
Kesepuluh: Seorang pemimpin, manajer atau direktur harus senantiasa menjaga kesehatan fisiknya. Untuk itu, lakukan olah raga, makan makanan yang bermanfaat (sehat), dan jaga kebiasaan makan tepat waktu. Nabi saw. bersabda:
«مَا مَلَأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أَكَلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ»
“Tiada tempat yang anak Adam isi yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika tidak memungkinkan untuk menghindarinya, maka hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR. Tirmidzi, dalam Sunan-nya, hadits hasan, no. 2380).
Juga jaga kebiasan tidur sehat, seperti qailulah (tidur siang hari), sebagaimana yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an yang Mulia dalam firman-Nya:
]… وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ …[
“… ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah (siang) hari …” (QS. An-Nūr [24] : 58).
Dan juga sebagaimana yang dimaksudkan oleh Nabi saw. dalam sabdanya:
«قِيْلُوْا فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ»
“Tidurlah qailulah (tidur siang) karena setan tidaklah mengambil tidur siang.” [Hadits ini disebutkan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam al-Fath, namun dalam sanadnya ada seorang rawi bernama Katsir bin Marwan, dia itu matrūk (dituduh berdusta)].
Dengan demikian, seorang pemimpin, manajer atau direktur hendaknya senantiasa melakukan kebiasaan segala sesuatu yang akan menjaga kesehatannya, dan yang akan membantunya untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, serta menyelesaikan tugas-tugasnya.
Itulah 10 trik dan tips leadership (kepemimpinan) ala sunnah nabawiyah yang telah sempurna. Saya memohon kepada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahakuasa, semoga kaum Muslim mendapat manfaat darinya, dan semoga itu menjadi bekal dan penolong bagi mereka untuk melaksanakan pekerjaannya dengan cara yang benar, serta untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan sukses berkat pertolongan dari Allah Azza wa Jalla, Dialah pemilik kebesaran dan kehormatan, Yang Mahakuat dan tidak terkalahkan.
Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan bertobat kepada-Mu. [] (Tamat)
Ditulis Oleh: Ismat Awni al-Hammouri
Sumber : MU