Ada ungkapan menarik dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi, orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, “Ilmu itu bertambah dengan diinfakkan. Berbeda dengan harta, harta itu berkurang dengan diinfakkan.”
Saat bertemu para santri Ma’had Tahfidz di Selangor, Malaysia, Allah berikan kesempatan saya berbagi dengan mereka. Sebagaimana sabda Nabi, “Orang terbaik di antara kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an.” Siapa mereka?.
Orang yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an adalah mereka yang belajar membacanya, mempelajari bahasanya, mempelajari dan memahami maknanya, memahami hukum-hukumnya, dan mengamalkannya dalam kehidupan. Mereka bukan hanya mempelajari tilawah, menghapal, dan mempelajari makna dan hukumnya, tapi juga mengamalkannya dalam kehidupan.
Karena itu, mereka mendapat predikat sebagai orang terbaik. Sebab, ketika mereka hanya mempelajari tilawah, tapi tak mengerti maknanya, al-Qur’an cela mereka, “Seperti keledai yang memikul tumpukan kertas.” Kalau mereka baca, paham makna, tapi tak mengamalkan, al-Qur’an pun cela mereka, dengan keras, “Kemurkaan Allah sangat besar, jika kalian mengatakan, apa yang tak kalian lakukan.”
.
Begitulah kemuliaan bagi siapa saja yang mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an. Kemuliaan yang diperoleh saat tilawah, menghapal, memahami makna dan mengamalkan isinya. Masalahnya, al-Qur’an diturunkan dalam garis besar. Detailnya membutuhkan syarah dan penjelasan hidup. Maka, Allah mengutus Nabi untuk melakukan tugas mulia ini.
Karena itu, seluruh perkataan, perbuatan dan diamnya Nabi adalah syarah, penjelasan, perincian, termasuk takhshish, taqyid dan bayan atas keumuman, kemutlakan dan kemujmalan al-Qur’an. Maka, Nabi saw. adalah al-Qur’an yang hidup. Karena tugas sucinya adalah menghidupkan al-Qur’an.
Maka, para penghapal al-Qur’an tak boleh mencukupkan diri hanya dengan menghapal al-Qur’an, bahkan tak cukup hanya dengan mengkaji tafsirnya. Tapi, harus memperkaya wawasan untuk menghidupkan al-Qur’an dengan mempelajari, menghayati dan mempraktikkan kehidupan Nabi dan para sahabat.
Kitab “Hayat Shahabat”, karya Syaikh al-Kandahlawi bagus dijadikan rujukan.
Nafa’nallah….
Penulis : KH. Hafidz Abdurrahman